City Of Thieves (Indonesia)

  • 51 926 10
  • Like this paper and download? You can publish your own PDF file online for free in a few minutes! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Buku Terlaris Versi New York Times Dari Penulis THE 25TH HOUR

Pemenang ALA Notable Book dan Alex Award Winner

CITY OF THIEVES D av i d

Benioff * * *

“Sebuah kisah yang luar biasa dan benar-benar menyenangkan.” —Martin Cruz Smith, penulis Gorky Park dan serial Arkady Renko “City of Thieves benar-benar hebat. Keterampilan Benioff menulis skenario sungguh terlihat di sini—plotnya berzigzag seiring kekuatan sinematik—tapi itu sudah bisa diduga. Kejutannya adalah Benioff menyisipkan kearifan dan kelembutan secara halus.” —Men’s Journal “Sebuah novel yang sulit ditolak… Lev, seorang pemerhati yang sinis dan penuh simpati terhadap penderitaan di sekelilingnya adalah seorang narator yang melibatkan diri dan sering merendahkan diri sendiri. Dia menemukan keberanian yang tak disangka-sangka pada saat genting dan menjalin persahabatan yang aneh dengan Kolya, pemuda incaran wanita, yang sembrono dalam menghadapi bahaya. Benioff meracik petualangan yang tegang, suka-duka masa peralihan menuju kedewasaan, dan cerita persahabatan yang sangat menyentuh sekalian pembaca yang cerdas.” —Publishers Weekly

“Bagaimana Lev, remaja Yahudi yang canggung, dan Kolya, sahabatnya yang sangat percaya diri, menyelamatkan kemanusiaan mereka—sebagai harta yang sama rapuhnya dengan telur segar yang bisa memerdekakan hidup mereka—menjadikan novel ini, dengan horor masa perangnya, sebagai sesuatu yang menggetarkan layaknya keselamatan itu sendiri.” —O, The Oprah Magazine “Novel kedua David Benioff hadir dengan plot yang mengejutkan. Suatu persahabatan yang menyenangkan, peradilan yang aneh, perpaduan orang-orang jahat. Suatu atmosfer yang berkedap-kedip antara realisme yang kasar dengan khayalan ala dongeng sebelum tidur, dengan suatu citarasa humor yang getir tapi liar. Benar-benar memuaskan harapan pembaca akan sebuah kisah persahabatan dengan setting pengepungan Leningrad oleh tentara Jerman selama Perang Dunia II. [Suatu] kisah yang diramu dengan sangat baik.” —Los Angeles Times “Anda tidak perlu menjadi seorang pencinta literatur perang atau penggemar fiksi sejarah untuk mengapresiasi City of Thieves. Novel kedua karya penulis buku dan skenario film David Benioff… mengawinkan beberapa genre… untuk menjadi sebuah kisah yang memiliki pesona universal. Tokoh protagonis bujangan berusia tujuh belas tahun, Lev Beniov, memiliki daya tarik Woody Allen…[City of Thieves] sama memikatnya dengan Odyssey, dan, layaknya Homer, Benioff jago menciptakan kejutan.” —BookPage



“Sebuah kisah yang mencekam, kadang brutal, tapi sebenarnya manis… sebuah cerita dengan alur yang fenomenal seperti, ya, sebuah film hebat.” —New York Magazine “Novel kedua Benioff yang luar biasa… adalah suatu paket aksi, dan banyak lagi yang lainnya: sebuah kisah yang matang, suatu perpaduan yang aneh, dan catatan kaki yang menarik tentang kisah pengepungan Leningrad selama PD II yang bersejarah. Novel mendebarkan yang mengaduk-aduk perasaan ini akan memikat Anda dan, kalau beruntung, melontarkan Benioff ke ranah penulis laris.” —Kirkus Review “Dengan humor yang apa adanya, penghormatan terhadap penderitaan masa perang, dan dialog yang mengungguli cerita-cerita tentang peralihan seorang pemuda menuju laki-laki dewasa, tanpa menjadi sebuah cerita yang kasar, novel kedua karya David Benioff ini layak mendapat posisi utama di perpustakaan. Buku ini akan menarik para pembaca tua dan muda untuk menikmati halamanhalamannya yang memikat.” —Library Journal



CITY OF THIEVES Kota Para Pencuri Diterjemahkan dari City of Thieves karya David Benioff Copyright © 2008, David Benioff Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved Hak terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ada pada PT. Ufuk Publishing House

Untuk Amanda dan Frankie

Pewajah Sampul: Arie Hadianto Tata Letak Isi: Ufukreatif Design Penerjemah: Meda Satrio Penyunting: Helena Theresia Proofreader: Karla Karmila Cetakan I: Agustus 2010 ISBN: 978-602-8801-32-4

UFUK PRESS PT. Ufuk Publishing House Anggota IKAPI Jl. Warga 23A, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12510, Indonesia Phone: 62-21 7976587, 79192866 Fax: 62-21 79190995 Homepage: www.ufukpress.com Blog : http://ufukpress.blogspot.com Email : [email protected]



dan seandainya Kota itu hancur lebur kecuali satu orang yang selamat dia akan membawa Kota itu dalam jiwanya sepanjang jalan menuju tanah pengasingan dia akan menjadi Kota itu Zbigniew Herbert

Pada akhirnya Schenk menganggap dirinya paham dan mulai tertawa terbahak-bahak. Kemudian, mendadak dia bertanya dengan nada serius, “Menurutmu orang-orang Rusia itu homoseksual?” “Kau akan tahu di akhir perang,” jawabku. Curzio Malaparte

K

akekku, pejuang bersenjatakan pisau, membunuh dua orang Jerman sebelum usianya delapan belas.

Aku tak tahu siapa yang memberitahuku—ini sesuatu yang tampaknya aku ketahui begitu saja. Seperti aku tahu pemain Yankees mengenakan kaus bergaris-garis pada pertandingan di kandangnya sendiri dan kaus abuabu pada pertandingan di luar. Tapi aku tidak terlahir dengan pengetahuan itu. Jadi, siapa yang memberitahu aku? Pasti bukan ayahku. Dia tak pernah membuka rahasia. Juga bukan ibuku, yang enggan membicarakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Misalnya yang menyangkut darah, kanker, atau cacat. Bukan pula nenekku, yang tahu segala dongeng lama—sebagian





besar mengerikan, seperti anak-anak yang ditelan

sebuah radio (setelah ulang tahun ketujuh belas,

serigala dan dipenggal penyihir. Tapi setahuku dia

ayahku membelikan televisi berwarna) menyiarkan

tak pernah bercerita tentang peperangan. Dan jelas

pertandingan itu. Aksen Rusianya tidak pernah hilang.

bukan kakekku sendiri. Seseorang yang menjagaku

Dia tidak pernah memberikan suara dalam pemilu atau

dan selalu tersenyum dalam kenangan-kenanganku

mendengarkan musik Amerika. Tapi dia penggemar

yang terdahulu. Lelaki pendiam bertubuh ramping dan

Yankees yang setia.

bermata hitam yang memegang tanganku saat kami

Di akhir tahun sembilan puluhan, seorang konglo-

menyeberangi jalan. Yang duduk di bangku taman

merat asuransi mengajukan penawaran untuk membeli

membaca surat kabar Rusia sementara aku mengejar

perusahaan kakek-nenekku. Semua menganggap ta-

burung dara dan mengacaukan barisan semut dengan

waran itu cukup baik, jadi nenekku meminta orang

ranting.

itu menaikkan tawarannya dua kali lipat. Tentunya

Aku dibesarkan di rumah yang lokasinya dua

perundingan berjalan cukup lama, tapi seharusnya

blok saja dari kediaman kakek-nenekku. Nyaris setiap

kukatakan kepada konglomerat itu bahwa berunding

hari aku bertemu dengan mereka. Mereka memiliki

dengan nenekku hanya buang-buang waktu saja.

perusahaan asuransi kecil, membangun rumah susun

Pada akhirnya mereka menyetujui permintaan Nenek.

di Bay Ridge, dan jasa katering untuk imigran Rusia

Dan sesuai dengan tradisi, kakek-nenekku menjual

lainnya. Nenekku selalu memegang telepon, berjualan.

apartemen mereka dan pindah ke Florida.

Tak ada yang bisa menolaknya. Entah karena dia

Mereka membeli sebuah rumah kecil di Gulf Coast.

berhasil memikat mereka atau membuat mereka takut.

Sebuah adikarya beratap rata yang dibangun tahun

Bagaimana pun, pada akhirnya mereka membeli.

1949 oleh seorang arsitek yang pasti akan terkenal

Kakekku bekerja di belakang meja. Ketika aku kecil,

seandainya dia tidak tenggelam di tahun yang sama.

aku biasa duduk di pangkuannya, memandangi telunjuk

Megah dan kokoh dengan baja dan beton tuang, terletak

kirinya yang bulat dan mulus. Dua ruas jari teratas

di atas sebuah dataran tinggi yang menghadap ke

begitu rata hingga sepertinya belum ada ketika dia

Teluk, bangunan itu berbeda dengan rumah yang dalam

dilahirkan. Jika musim panas dan Yankees bertanding,

bayangan kita ditempati oleh pasangan yang sudah





pensiun. Tapi mereka tidak pindah ke selatan untuk

bisa membunuh mereka kecuali Tuhan sendiri. Dan

berleha-leha di bawah cahaya matahari sampai ajal

bahkan mereka tak percaya pada Tuhan.

menjemput. Hampir setiap hari kakekku menghabiskan

Aku menetap di Los Angeles dan menulis skenario

waktu di depan komputernya, bermain catur online

tentang pahlawan mutan. Dua tahun lalu aku diminta

dengan teman-teman lamanya. Sedangkan nenekku,

menulis sebuah esai otobiografis untuk sebuah majalah

yang tidak betah bermalas-malasan, dalam beberapa

penulisan skenario. Di pertengahan jalan aku sadar,

minggu saja menciptakan lapangan kerja untuk dirinya

kehidupanku menjadi sangat membosankan. Bukannya

sendiri di sebuah kampus komputer di Sarasota.

aku mengeluh. Meskipun seandainya ikhtisar eksisten-

Dia mengajarkan sastra Rusia kepada mahasiswa

siku membosankan untuk dibaca—sekolah, kampus,

berkulit gelap yang tampaknya (berdasarkan satu

pekerjaan aneh, sarjana, pekerjaan aneh, sarjana lagi,

kali kunjunganku ke kelasnya) terkaget-kaget dengan

pahlawan mutan—aku merasa senang bahwa aku ada.

kevulgaran, sarkasme, dan memorinya yang sempurna

Tapi saat aku berkutat menulis esai, aku memutuskan

tentang puisi Pushkin.

tidak ingin menulis tentang kehidupanku. Sekalipun

Setiap malam kakek-nenekku menyantap makanan di serambi rumah mereka sembari memandang perairan

dalam lima ratus kata saja. Aku ingin menulis tentang Leningrad.

yang gelap ke arah Meksiko. Mereka tidur dengan

Kakek-Nenek menjemputku di bandara Sarasota.

jendela terbuka, ngengat-ngengat menabrakkan sayap

Aku membungkuk untuk mencium mereka. Mereka

ke tirai jala. Berbeda dengan pensiunan lain yang

tersenyum kepadaku, meskipun sedikit kaget melihat

kutemui di Florida, mereka tidak khawatir terhadap

cucu Amerika mereka yang bertubuh bongsor (dengan

kejahatan. Pintu depan biasanya dibiarkan tak terkunci

tinggi enam kaki koma dua, aku seperti raksasa di

dan mereka tak memasang alarm. Mereka juga tidak

samping mereka). Dalam perjalanan ke rumah, kami

memakai sabuk pengaman ketika berkendara, juga

membeli pompano di pasar ikan setempat. Kakekku

tidak mengenakan losion penangkal radikal bebas

akan membakarnya, tanpa bahan yang lain kecuali

ketika berjemur. Mereka menyimpulkan tak ada yang

mentega, garam, dan lemon segar. Layaknya hidangan lain yang dia buat, sepertinya masakan itu tidak sulit.

10

11

Hanya butuh sepuluh menit, tapi rasanya lebih lezat

“Tiga puluh empat, empat puluh—” Nenek

dari hidangan apa pun yang kusantap tahun itu di

mengeluarkan bunyi pshh, yang selalu diikuti dengan

LA. Nenekku tidak memasak. Dalam keluargaku, dia

lambaian tangan, menolak kebodohan. “Masa bodoh.

terkenal dengan keengganannya menyiapkan apa pun

Menikahlah. Cari istri.”

yang lebih rumit daripada semangkuk sereal. Usai makan malam, nenekku menyalakan rokok dan kakekku menuangkan tiga gelas vodka blackcurrant rumahan. Kami mendengarkan paduan suara jangkrik, memandang Teluk yang gelap, dan sekali-sekali menepuk nyamuk. “Aku membawa tape recorder. Mungkin kita bisa berbincang-bincang tentang perang.” Rasanya aku melihat nenekku memutar bola mata sambil menjentikkan abu rokok ke rumput. “Apa?” “Usiamu empat puluh. Sekarang kau ingin mengetahuinya?”

“Kau seperti nenek-nenek lainnya di Florida.” “Ha,” katanya, sedikit tersinggung. “Aku ingin tahu, bagaimana rasanya. Apa yang membuatnya sangat menakutkan?” Dia mengangguk ke kakekku sambil menudingkan ujung rokok yang terbakar ke arahku. “Dia ingin tahu seperti apa.” “Luar biasa,” jawab kakekku. Itu saja, tidak lebih. Tapi nenekku mengangguk dan mematikan puntung rokoknya di permukaan meja yang terbuat dari kaca. “Kau benar,” katanya kepadaku. “Kau ingin menulis tentang perang, tulislah.”

“Aku tiga puluh empat.” Aku menatap kakekku

Dia berdiri, mencium ubun-ubunku, mencium

dan dia tersenyum. “Memangnya kenapa? Kalian Nazi?

bibir kakekku, dan membawa piring ke dalam rumah.

Ingin menyembunyikan masa lalu sebagai anggota

Beberapa menit kemudian kami duduk dalam kebisuan,

Nazi?”

mendengarkan debur ombak yang memecah di pantai.

“Tidak,” jawabnya, masih tersenyum. “Kami bukan Nazi.” “Kau pikir usiaku empat puluh?”

Dia menuangkan vodka segar, merasa senang melihat gelasku sudah kosong. “Kau punya pacar?” “Uh-huh.”

12

13

“Aktris itu?”

1942. Pekan pertemuannya dengan nenekku, menjalin

“Yeah.”

persahabatan, dan membunuh dua orang Jerman.

“Aku suka kepadanya.”

Selesai mengungkapkan cerita, aku bertanya tentang

“Aku tahu.”

bermacam-macam detail—nama, lokasi, kondisi cuaca

“Mungkin saja dia orang Rusia,” katanya.

di hari-hari tertentu. Pada awalnya dia menolerir

“������������������������������������������������ Matanya����������������������������������������� seperti… Kalau kau ingin kita berbicara

pertanyaanku, tapi akhirnya dia mencondongkan badan

tentang Leningrad, baiklah.”

dan menekan tombol Stop pada tape recorder.

“Aku tak ingin bicara. Aku ingin kau yang bicara.” “Oke. Akan kuceritakan. Besok?” Dia menepati janjinya. Karena minggu berikutnya kami duduk bersama-sama setiap hari di dek beton

“Kejadiannya sudah sangat lama,” katanya. “Aku tidak ingat baju apa yang kukenakan. Aku tak ingat apakah hari itu matahari bersinar atau tidak.” “Aku cuma ingin memastikan semuanya kutangkap dengan benar.”

dan aku merekam ceritanya. Beberapa jam di pagi

“Tak akan bisa.”

hari, rehat untuk makan siang, mulai lagi di sore hari.

“Ini

kisahmu.

Aku

tidak

ingin

Kakekku, lelaki yang tidak suka berbicara dalam dua

mengacaukannya.”

kalimat berturut-turut kalau sedang bersama orang

“David—”

lain (maksudnya selain istrinya), mengisi kaset demi

“Ada beberapa hal yang belum kupahami—”

kaset dengan kata-katanya. Terlalu banyak kata untuk

“David,” katanya. “Kau penulis. Karang saja.”

satu buku—fakta bisa lebih aneh daripada fiksi, tapi dibutuhkan editor yang baik. Untuk pertama kalinya

*

seumur hidup, aku mendengar kakekku menyumpahnyumpah dan berbicara blak-blakan soal seks. Dia berbicara tentang masa kanak-kanak, tentang perang, tentang kedatangannya ke Amerika. Tapi ceritanya kebanyakan bersumber dari suatu pekan di tahun 14

15

1

K

au tidak pernah begitu kelaparan, kau tidak pernah begitu kedinginan. Ketika kami tidur,

kalau pun kami tidur, kami memimpikan pesta-pesta beberapa bulan lalu, tempat kami makan sekenyangkenyangnya. Semua roti bermentega itu, bola-bola kentang itu, sosis itu—semuanya kami makan begitu saja. Kami telan tanpa benar-benar merasakannya. Kami biarkan remah-remah, serpihan-serpihan lemak, bersisa di piring. Pada Juni 1941, sebelum Jerman masuk, kami menyangka kami miskin. Tapi Juni bagaikan surga jika dibandingkan dengan musim dingin. Di malam hari angin berembus sangat kencang dan lama, sehingga kau akan terkejut begitu ia berhenti. 16

17

Engsel-engsel karatan di kafe bobrok akan berhenti

bisa memberi makan hewan peliharaan. Jadi hewan

berderit selama beberapa detik yang menakutkan.

itulah yang memberi kami makanan.

Seolah-olah ada makhluk pemangsa yang datang

Ada teori tentang orang gemuk versus orang kurus.

mendekat dan binatang-binatang kecil akan berlari

Sebagian mengatakan orang gemuk lebih mampu

ketakutan. Penutup-penutup jendela itu sendiri telah

bertahan menghadapi perang. Alasannya, seminggu

dicopot pada bulan November untuk dijadikan kayu

tanpa makanan tak akan mengubah si gembrot

bakar. Tak ada lagi potongan kayu di Leningrad.

menjadi kurus kering. Yang lainnya mengatakan orang

Segala sesuatu yang mengandung kayu, entah itu

kurus lebih terbiasa makan sedikit dan lebih mampu

lempengan bangku taman, lantai papan di gedung-

menghadapi kelaparan. Aku setuju dengan kelompok

gedung yang sudah roboh—semuanya hilang, dibakar di

kedua, dengan alasan yang bebas dari kepentingan

tungku seseorang. Burung-burung dara pun menghilang,

pribadi. Aku bertubuh kecil sejak dilahirkan. Hidungku

ditangkap dan direbus dalam lelehan es dari sungai

besar, rambut hitam, kulit wajah bertotol-totol jerawat.

Neva. Tak seorang pun yang repot-repot membunuh

Alhasil bukan lelaki idaman para gadis. Tapi perang

burung dara. Anjing dan kucinglah yang melakukannya.

membuatku lebih menarik. Karena tubuh orang lain

Kau tentu sudah mendengar gosip di bulan Oktober.

menyusut seiring dipotong dan dipotongnya lagi

Bahwa orang memanggang anjing peliharaan mereka

kartu ransum makanan. Membuat tubuh mereka yang

dan membaginya menjadi empat untuk makan malam.

semula berotot seperti pemain sirkus menjadi tinggal

Kami tertawa dan menggeleng-gelengkan kepala, tak

setengahnya saja setelah invasi. Aku tak kehilangan otot

percaya. Tetapi juga bertanya-tanya, lezatkah rasanya

karena tidak memilikinya. Seperti cecurut yang terus

jika ditambah dengan garam secukupnya. Kami masih

berburu sementara banyak dinosaurus di sekitarnya

punya banyak garam. Meskipun ketika semuanya sudah

telah tumbang, aku terlahir untuk menderita.

habis, masih ada garam. Menjelang Januari, gosip itu

Pada malam tahun baru aku duduk di atap Kirov.

menjadi fakta yang tak terbantahkan. Bahwa tak ada

Itu adalah bangunan apartemen tempat tinggalku

seorang pun, kecuali yang punya koneksi, yang masih

sejak usiaku lima tahun (meskipun baru dinamai tahun 1934, ketika Kirov ditembak dan separuh kota

18

19

mendapat nama mengikuti tokoh ini). Aku mengamati

kami. Tapi aku tidak mau meninggalkan Piter. Aku

kedap-kedip pesawat tempur yang gendut kelabu,

lelaki. Aku akan membela kotaku. Aku bisa menjadi

melayang-layang di bawah awan, menunggu bom

Nevsky abad kedua puluh. Barangkali aku tidak terlalu

dijatuhkan. Kala itu matahari bercokol di langit hanya

menggelikan. Aku punya alasan kuat, jika setiap jiwa

selama enam jam. Kemudian ia akan menyingkir dari

yang bertubuh sehat pergi, Leningrad akan jatuh ke

satu ufuk ke ufuk lain seolah hantu. Setiap malam

tangan Fasis. Dan tanpa Leningrad, tanpa Kota-nya

kami berempat duduk di atap untuk tugas jaga selama

Para Pekerja yang membuat tank-tank dan senapan

tiga jam. Bekal kami adalah ember-ember berisi pasir,

untuk Pasukan Merah, bagaimanalah nasib Rusia?

tang besi, dan cangkul, buntalan berisi semua baju,

Ibuku berpendapat itu alasan bodoh. Aku belum

sweter, dan jaket yang bisa kami dapatkan. Lalu kami

lagi tujuh belas ketika itu. Aku tidak mengelas baju

mengamati langit. Kami adalah pejuang perang. Butuh

zirah di Pabrik dan belum bisa mendaftar untuk

biaya besar untuk membuat kota ini hancur lebur. Jadi

menjadi prajurit hingga nyaris satu tahun ke depan.

Jerman mengepung kami dengan niat membuat kami

Membela Leningrad bukan urusanku. Aku cuma satu

kelaparan, mengebom kami, membakar kami.

lagi mulut yang harus disuapi. Tapi aku mengabaikan

Sebelum perang dimulai, penghuni Kirov seribu

hinaan ini.

seratus orang. Menjelang malam Tahun Baru, jumlahnya

“Aku pejuang perang,” kataku. Aku tidak

tak sampai empat ratus. Sebagian besar anak kecil

bohong, dewan kota telah mengeluarkan perintah

dievakuasi sebelum Jerman menutup Kota pada bulan

untuk membuat sepuluh ribu regu pejuang. Dan aku

September. Ibu dan adikku, Taisya, berangkat ke Vyanza

adalah komandan Brigade Kirov Lantai-Lima yang

untuk tinggal bersama pamanku. Malam sebelum

membanggakan.

mereka pergi aku bertengkar dengan ibuku. Itulah

Ibuku belum lagi empat puluh. Tapi rambutnya

satu-satunya pertengkaran kami, atau lebih tepatnya

sudah kelabu. Dia duduk berseberangan denganku di

sekali-sekalinya aku melawan. Dia ingin aku ikut, tentu

samping meja dapur, menggenggam tanganku dengan

saja. Untuk menjauhkan aku dari para penjajah, masuk

kedua tangannya. Dia perempuan yang sangat mungil.

ke jantung negara, tempat bom tak bisa menemukan 20

21

Tingginya tak sampai lima kaki, tapi aku takut

musuh. Aku tidak akan absen ketika kemenangan itu

kepadanya semenjak dilahirkan.

tiba.

“Kau ini goblok,” katanya. Mungkin ucapan ini

Ibu dan Taisya pergi keesokan pagi. Mereka

terkesan menghina. Tapi Ibu selalu memanggilku “anak

naik bus separuh jalan, membonceng truk tentara,

gobloknya”, karena itu aku menganggapnya sebagai

kemudian berjalan kaki bermil-mil jauhnya dengan

nama kecil tanda sayang. “Kota ini sudah ada sebelum

sepatu bot mereka yang solnya sudah pecah-pecah.

kau ada. Dan akan ada setelah kau tidak ada. Taisya

Butuh tiga minggu untuk sampai di sana. Tapi mereka

dan aku membutuhkanmu.”

berhasil, selamat pada akhirnya. Ibu mengirim surat

Ibu benar. Putra yang baik seharusnya pergi

yang menggambarkan perjalanannya, ketakutan dan

dengannya, begitu juga abang yang baik. Taisya

kepenatan itu. Barangkali dia ingin membuatku merasa

memuja diriku. Dia melompat-lompat ketika aku

bersalah. Dan dia berhasil. Tapi aku juga tahu, memang

pulang dari sekolah. Dia membacakan aku puisi-

sebaiknya mereka pergi. Pertempuran besar akan terjadi

puisi pendek yang dibuatnya sebagai pekerjaan rumah

dan mereka tidak mungkin berdiri di garis depan. Pada

untuk menghormati para pahlawan revolusi. Dia

tanggal tujuh Oktober pasukan Jerman merebut Vyazma

juga menggambar karikatur profil hidung besarku di

dan aku tak lagi menerima surat dari Ibu.

bukunya. Biasanya aku ingin mencekiknya. Aku tak

Aku ingin berkata aku merindukan mereka setelah

punya keinginan mengelana bersama ibu dan adikku

mereka pergi. Bermalam-malam aku merasa kesepian,

yang masih kecil. Aku tujuh belas, berlimpah dengan

dan aku selalu merindukan masakan ibuku. Tapi aku

keyakinan akan takdir heroikku sendiri. Deklarasi

sudah berkhayal hidup mandiri sejak aku kecil. Dongeng

Molotov di radio pada hari pertama perang (TUJUAN

kesukaanku adalah yang menceritakan anak yatim piatu

KITA MULIA! MUSUH AKAN DIPUKUL MUNDUR!

yang panjang akal. Mereka menembus hutan rimba,

KITA AKAN MENANG!) dicetak pada ribuan poster

mengatasi segala rintangan dengan cerdas, mengalahkan

dan ditempelkan di tembok-tembok kota. Aku yakin

musuh, menemukan kekayaan di tengah perjalanan.

dengan cita-cita itu. Aku tak akan melarikan diri dari

Aku tak bisa mengatakan aku bahagia—kami semua terlalu kelaparan untuk bahagia. Tapi aku yakin, pada

22

23

akhirnya semua ini tidak sia-sia. Seandainya Leningrad

sekian lama mereka panjatkan, sampai mereka sadar

tumbang, Rusia pun akan jatuh. Jika Rusia jatuh,

tak ada lagi sampah yang tersisa untuk dimakan.

Fasisme akan menguasai dunia. Kami semua yakin akan hal ini. Aku pun masih meyakininya.

Setelah bulan demi bulan serangan bom, kami bisa membedakan pesawat-pesawat Jerman melalui

Jadi aku kelewat muda untuk bergabung dengan

lengkingan mesinnya. Malam itu yang muncul adalah

pasukan, tapi cukup dewasa untuk menggali parit

Junkers 88, seperti minggu-minggu sebelumnya.

penangkal tank di siang hari dan berjaga-jaga di atap

Pesawat ini menggantikan Heinkel dan Dornier yang

pada malam hari. Awak reguku adalah teman-teman

sudah ditembak jatuh oleh pejuang kami. Meskipun

dari lantai lima. Sebut saja Vera Osipovna, seorang

kota kami tampak porak poranda di siang hari, di

pemain selo yang berbakat, dan si kembar berambut

malam hari ada semacam keindahan yang aneh dalam

merah, Antokolsky, yang hanya tahu bakat adalah

pengepungan ini. Dari atap Kirov, seandainya bulan

kemampuan untuk kentut dengan berirama. Di hari-hari

bersinar, kami bisa melihat seluruh penjuru Leningrad.

pertama perang, kami mengisap rokok di atap, bergaya

Ujung runcing menara Markas Besar AL (dicat abu-abu

seperti tentara—berani, kuat, dan berdagu persegi,

untuk menyamarkannya dari mata pasukan pengebom),

memantau langit untuk mendeteksi musuh. Menjelang

Benteng Peter dan Paul (tonggak-tonggaknya ditutupi

akhir Desember tak ada lagi rokok di Leningrad,

jaring sebagai kamuflase), kubah Saint Isaac dan

setidaknya tak ada yang berisi tembakau. Beberapa

Gereja Khram Spasa na Kovi. Bisa kami lihat para

jiwa yang putus asa menghancurkan daun-daun yang

kru mengendalikan senjata penangkal pesawat tempur

rontok, menggulungnya dalam kertas, dan menyebutnya

di atap gedung-gedung tetangga. Armada Baltik telah

Cahaya Musim Gugur. Mereka mengklaim daun yang

menjatuhkan jangkar di Neva. Mereka melayang di

tepat akan menghasilkan rokok yang lumayan. Tapi di

sana, para penjaga bertubuh besar berseragam abu-abu

Kirov, yang jauh dari pepohonan, ini tak bisa dijadikan

itu, menembakkan senapan-senapan besar ke tempat

pilihan. Kami menghabiskan menit yang tersisa dengan

penyimpanan artileri Nazi.

memburu tikus. Mereka tentu mengira hilangnya kucing dari kota ini berkat dikabulkannya doa-doa yang telah 24

 Nama populernya dalam bahasa Inggris adalah Church on Spilled Blood, Church of the Resurrection, atau Church of our Savior on the Blood.

25

Yang paling indah adalah pertempuran di udara.

Setelah bawang habis, kami mencocolkan roti ransum

Pesawat Ju88 dan Sukhoi berputar-putar di atas kota,

ke minyak yang tersisa. Roti ransum sama sekali

tak tampak dari bawah kecuali ketika tertangkap

tidak terasa seperti roti. Bahkan tidak terasa seperti

lampu sorot berkekuatan dahsyat. Ada bintang besar

makanan. Setelah Jerman mengebom gudang gandum

berwarna merah di bawah sayap Sukhoi agar kru

Badayev, pengusaha roti menjadi kreatif. Segala yang

penangkal pesawat tidak menembaknya. Beberapa

bisa ditambahkan ke resep tanpa membuat orang

malam sekali kami menyaksikan pertempuran cahaya

keracunan, mereka masukkan. Seluruh kota kelaparan,

yang seolah-olah pertunjukan di panggung. Pesawat-

tak seorang pun cukup makan. Tapi kami masih

pesawat pengebom milik Jerman yang berat dan

menyumpah-nyumpah roti itu. Rasanya seperti serbuk

lamban membentuk rangkaian dengan susah payah agar

gergaji. Dan alot sekali jika dimakan setelah dingin.

petugas tembak mereka bisa membidik pejuang Rusia

Gigi kami sampai patah ketika berusaha mengunyahnya.

yang gesit. Ketika Pesawat Junker tertembak, bangkai

Bahkan sampai sekarang, ketika aku sudah lupa

pesawat yang terbakar itu meluncur ke bawah seperti

wajah-wajah orang yang kucintai, aku masih ingat

malaikat yang dilempar dari langit. Teriakan keras

rasa roti itu.

terdengar dari mulut para pejuang yang berjaga di

Separuh bawang merah dan sekerat roti berbobot

atap-atap bangunan di seluruh pelosok kota. Seluruh

125 gram dibagi menjadi empat. Itu masih lumayan.

petugas tembak dan pejuang tempur mengacungkan

Kami terlentang, membungkus diri dalam selimut,

kepalan tangan tanda salut kepada sang pilot yang

mengamati kedap-kedip serangan udara yang memben-

berjaya.

tuk tali panjang yang melayang ditiup angin, sambil

Kami membawa radio saat bertugas di atap. Pada

mendengarkan metronom di radio. Ketika tak ada

malam Tahun Baru, kami mendengarkan Spassky yang

musik yang disiarkan atau berita yang dilaporkan,

bergema di Moskwa, memainkan “Internationale”.

stasiun radio menyiarkan bunyi metronom. Bunyi

Vera menemukan separuh bawang di suatu tempat.

tik-tik-tik itu membuat kami tahu kota kami belum

Dia memotongnya menjadi empat dan meletakkannya

ditaklukkan. Fasis masih di luar gerbang. Penyiaran

di atas piring yang diperciki minyak bunga matahari. 26

27

metronom adalah degup jantung Piter. Dan Jerman

menembus kegelapan dan tak menemukan musuh lagi.

tak pernah menghentikannya.

Kecuali yang satu ini. Jika dilihat dari tubuhnya yang

Di antara kami, Vera-lah yang lebih dulu melihat

kaku akibat tertahan tali parasut, dia sudah mati.

seseorang jatuh dari langit. Dia berteriak dan menunjuk.

Kami mengamatinya melayang turun, membeku

Kami semua berdiri agar bisa melihat lebih jelas. Salah

diterpa sorotan lampu, cukup rendah sehingga kami

satu lampu pelacak bersinar di parasut seseorang yang

bisa melihat salah satu sepatu bot hitamnya hilang.

turun ke kota. Tudung sutranya membentuk gelembung bunga tulip putih di atasnya. “Fritz,” kata Oleg Antokolsky, dan dia benar. Bisa

“Dia ke arah sini,” kataku. Angin meniupnya ke arah Jalan Voinova. Si kembar saling berpandangan. “Luger,” kata Oleg.

kami lihat seragam Luftwaffe warna abu-abunya. Dari

“Luftwaffe tidak membawa Luger,” kata Grisha.

mana datangnya? Tak seorang pun di antara kami

Dia lima menit lebih tua dari Oleg dan bertugas

yang mendengar bunyi pertempuran di udara atau

mengurusi persenjataan Nazi. “Walther PPK.”

kabar tentang senapan A.A. Selama hampir satu jam

Vera tersenyum kepadaku. “Cokelat Jerman.”

ini kami tak mendengar pasukan pengebom melintas

Kami berlari menuju pintu tangga, meninggalkan

di atas.

peralatan, berlomba-lomba menuruni anak tangga yang

“Mungkin baru dimulai,” kata Vera. Selama

gelap. Kami bodoh, tentu saja. Kalau terpeleset di anak

berminggu-minggu beredar gosip bahwa Jerman sedang

tangga beton itu, tanpa lemak atau otot yang menahan

menyiapkan pasukan terjun payung secara besar-

bobot kami ketika jatuh, maka sudah pasti tulang kami

besaran. Suatu serangan pamungkas untuk mencabut

akan patah. Dan tulang patah berarti kematian. Tapi

duri Leningrad dari punggung pasukan mereka yang

tak satu pun yang peduli. Kami masih sangat muda dan

bergerak maju. Pada menit kapan pun, bisa diduga

prajurit Jerman yang mati dan jatuh di Jalan Voinova

kami akan melihat ribuan Nazi merangsek ke arah kota.

itu membawa oleh-oleh dari das Vaterland.

Suatu badai salju yang terdiri dari parasut-parasut putih

Kami berlari melewati halaman dan memanjat

yang menutupi langit, selain lusinan lampu pelacak yang

gerbang yang terkunci. Lampu-lampu jalanan padam.

 Jerman.

28

Seluruh kota gelap gulita—sebagian untuk menyulitkan 29

pasukan pengebom melakukan tugasnya dan sebagian

Aku menoleh dan melihat dia meluncur turun

karena listrik dialihkan ke pabrik-pabrik persenjataan.

ke jalan. Si Jerman itu. Satu sepatu bot hitamnya

Tapi bulan bersinar cukup terang. Voinova lengang

tergeletak di atas trotoar yang membeku. Tudung

dan sepi, enam jam menjelang subuh. Tak tampak

parasut putihnya yang besar masih menggembung

satu pun mobil. Hanya pihak militer dan pemerintah

ditiup angin. Membuatnya terbang ke gerbang Kirov.

yang bisa mendapat bensin. Sedangkan mobil warga

Dagunya menekuk di dada, rambut hitamnya dikotori

sipil direkuisisi selama bulan-bulan pertama meletusnya

kristal es. Wajahnya tanpa darah. Kami berdiri tak

perang. Lembaran-lembaran kertas menutupi jendela

bergerak, mengawasinya mendarat. Sepanjang musim

toko. Menurut radio, itu membuatnya lebih tahan

dingin itu kami menyaksikan hal-hal yang tidak pernah

getaran. Mungkin itu benar, meskipun aku sudah

dilihat oleh mata lain. Rasanya kami lebih dari sekadar

melewati banyak toko di Leningrad, tempat tak ada

kaget, tapi kami salah. Dan jika Jerman mengokang

yang tersisa di kerangka jendela selain lembaran kertas

Walthernya dan mulai menembak, tak seorang pun di

yang tergantung.

antara kami yang bisa menggerakkan kaki sebelum

Di jalan, kami menengadah ke langit tapi tak menemukan orang itu.

terlambat. Tetapi mayat itu tergeletak dan pada akhirnya angin berhenti bertiup. Parasutnya menyusut, dan dia

“Ke mana perginya dia?”

melonjor di trotoar, tertarik beberapa meter lagi dengan

“Menurutmu dia mendarat di atap?”

wajah mencium tanah, sebagai penghinaan terakhir.

Lampu pelacak menyorot di langit, tapi semuanya

Kami mengerubungi sang pilot. Dia lelaki jangkung

berakhir di puncak gedung-gedung tinggi tanpa satu

bertubuh atletis. Jika kami melihatnya berjalan-jalan di

pun yang bisa menyorot hingga ke Jalan Voinova.

Piter dengan pakaian biasa, mungkin kami langsung

Vera mengetuk kerah jaket besarku. Jaket angkatan

menyangkanya seorang penyusup. Karena badannya

laut yang sangat besar hadiah dari ayahku dan masih

seperti seseorang yang makan daging setiap hari.

kebesaran untukku. Tapi lebih hangat dari apa pun yang kumiliki.

Grisha berlutut dan membuka sarung pistol di samping tangan si Jerman. “Walther PPK. Benar, ‘kan?”

30

31

Kami menggulingkan orang itu hingga terlentang.

Walther, dan botol gepeng yang terikat di pinggang.

Wajahnya yang pucat tergores. Kulitnya terkelupas

Dia membuka tutupnya, mengendus, dan menyodorkan

karena bergesekan dengan aspal. Kulit bagian dalam

botol itu kepadaku.

itu pun sama tak berwarnanya. Tak ada memar. Aku

“Cognac?”

tidak bisa memastikan apakah dia mati ketakutan

Aku menyesap satu kali dan mengangguk,

atau penuh penyesalan atau tenang. Tak ada jejak kehidupan atau kepribadian di wajahnya. Dia tampak seperti mayat yang terlahir sebagai mayat. Oleg membuka sarung tangan kulit warna hitamnya

“Cognac.” “Kapan kau pernah mencicipi cognac?” tanya Vera. “Dulu.”

sementara Vera mengincar syal dan kacamatanya.

“Kapan?”

Aku menemukan sarung pisau yang terikat di betis

“Coba kulihat,” kata Oleg, dan botol itu bere-

orang itu dan mencabut sebilah pisau berat nan indah

dar dari tangan ke tangan kami yang berjongkok

dengan tangkai perak dan sebilah pisau bersudut

mengelilingi sang pilot yang terjatuh. Kami menyesap

tunggal yang panjangnya lima belas sentimeter dengan

minuman yang boleh jadi adalah cognac atau brandy

ukiran tulisan yang tak bisa kubaca di bawah cahaya

atau Armagnac. Tak seorang pun di antara kami

bulan. Aku menyarungkan pisau itu kembali dan

yang tahu perbedaannya. Apa pun itu, terasa hangat

mengikatkannya ke betisku sendiri. Untuk pertama

di perut.

kalinya selama berbulan-bulan aku merasa takdir perjuanganku akhirnya menjadi kenyataan.

Vera memandang wajah orang Jerman itu. Ekspresinya tak kenal kasihan, tanpa rasa takut, hanya

Oleg menemukan dompet orang mati itu dan menye-

penasaran dan muak—dia bermaksud menjatuhkan

ringai saat menghitung deutsche mark di dalamnya. Vera

bom ke kota kami tapi malah dirinya sendiri yang

mengantongi kronometer yang melingkari lengan jaket

jatuh. Kami tidak menembak orang itu, meskipun

terbang si Jerman. Ukurannya dua kali lebih besar dari

begitu kami merasa hebat. Selain kami, tak ada warga

jam tangannya sendiri. Grisha menemukan teropong

di Kirov yang pernah berada di dekat mayat musuh.

lipat dalam kotak kulit, dua magasin cadangan untuk 32

33

Kami akan menjadi bahan pembicaraan di lingkungan

Ganjaran bagi pelanggaran jam malam adalah hukuman

apartemen pagi ini.

mati. Ganjaran karena meninggalkan peralatan tempur

“Menurutmu, apa yang menyebabkannya mati?”

adalah hukuman mati. Ganjaran karena menjarah

tanya Vera. Tak ada peluru yang melukai jasad itu,

adalah hukuman mati. Tak ada pengadilan yang

tak ada rambut atau kulit yang terkoyak, tak ada

beroperasi. Petugas kepolisian berada di garda depan.

tanda-tanda kejahatan sama sekali. Kulitnya kelewat

Penjara-penjara separuh penuh dan menyempit dengan

putih untuk makhluk hidup, tapi tak ada goresan

cepat. Siapa yang mau memberi makanan kepada musuh

apa pun.

negara? Pokoknya, kalau kau melanggar hukum dan

“Dia kedinginan sampai mati,” kataku. Aku mengatakannya dengan sombong karena aku tahu itu

tertangkap, kau akan mati. Tak ada lagi waktu untuk remeh-temeh persidangan.

benar meski tak tahu bagaimana membuktikannya.

Jadi kami lari. Kami sangat mengenal Kirov, lebih

Pilot itu terlempar dari ketinggian ribuan meter di

baik dari siapa pun. Begitu kami melewati gerbang

Leningrad pada waktu malam. Udara di bawah terlalu

halaman dan masuk ke dalam kegelapan bangunan

dingin untuk pakaian yang dia kenakan—di antara

yang kumuh, tak ada yang bisa menemukan kami,

awan, di luar kokpitnya yang hangat, dia tak punya

sekalipun mereka menghabiskan waktu tiga bulan untuk

peluang untuk selamat.

mencari. Terdengar teriakan tentara, menyuruh kami

Grisha mengangkat botol sebagai tanda salut. “Hormat untuk cuaca dingin.”

berhenti. Tapi itu tidak masalah. Kami tak takut pada suara. Hanya peluru yang kami takuti, dan sampai

Botol itu mulai diedarkan lagi. Tapi tak sampai

sekarang belum ada orang yang menarik pelatuk.

ke giliranku. Seharusnya kami mendengar bunyi mobil

Grisha berhasil sampai di gerbang lebih dulu. Di antara

dari jarak dua blok. Setelah subuh kota ini sangat sepi

kami, dialah yang punya badan mendekati atletis. Dia

seperti di bulan, tapi kami sedang sibuk menenggak

melompat ke jeruji besi, mengangkat tubuhnya. Oleg

minuman Jerman, sibuk bersulang. Ketika GAZ

tepat di belakangnya dan aku di belakang Oleg. Tubuh

berbelok ke Voinova Street, ban berderit di aspal, lampu

kami lemah, otot-otot kami mulai mengendur karena

sen menyorot kami, barulah kami menyadari bahaya. 34

35

kekurangan protein. Tapi rasa takut membantu kami

gerbang sementara tentara-tentara itu berteriak dan sol

melompati gerbang secepat mungkin.

sepatu bot mereka menginjak trotoar dan moncong

Saat hampir sampai di atas gerbang, aku menunduk

senapan mereka siap beraksi.

dan melihat Vera tergelincir lapisan es di jalan. Dia

Vera sampai di atas dan aku terhuyung-huyung

menatapku, matanya bulat dan ketakutan saat GAZ

di belakangnya, tidak memedulikan para tentara.

mengerem di samping jasad pilot Jerman dan empat

Kalau aku berhenti, mereka pasti akan mengerubungi

tentara keluar dari mobil. Jarak mereka hanya sepuluh

aku, mengatakan bahwa aku adalah musuh negara,

meter, memegang senapan, tapi aku masih punya

memaksaku berlutut, dan menembak tepat di belakang

waktu untuk melompati gerbang dan menghilang di

kepalaku. Sekarang aku adalah sasaran empuk. Tapi

dalam Kirov.

mungkin saja mereka mabuk. Mungkin saja mereka

Ingin rasanya bisa mengatakan bahwa pikiran

hanya remaja kota seperti aku, yang belum pernah

meninggalkan Vera tak pernah terlintas dalam benakku,

menembak seumur hidup. Mungkin saja bidikan

bahwa temanku dalam bahaya, dan aku menyelamat-

mereka meleset dengan disengaja karena mereka tahu

kannya tanpa ragu. Meskipun sebenarnya pada saat

aku adalah patriot dan pembela kota ini. Dan aku

itu aku membencinya. Aku benci karena dia tidak

meninggalkan Kirov hanya karena seorang Jerman

hati-hati pada waktu yang paling buruk. Karena dia

jatuh dari ketinggian lima ribu meter ke jalan. Pemuda

memandangku dengan mata cokelatnya yang panik.

Rusia mana yang tidak akan menyelinap keluar untuk

Karena dia memilihku untuk menyelamatkannya

melihat Fasis yang sudah mati?

meskipun hanya Grisha yang pernah diciumnya. Aku

Daguku sejajar dengan puncak gerbang ketika

tahu, aku tak bisa hidup dengan bayangan mata yang

aku merasa sarung tangan mencengkeram betisku.

penuh permohonan itu. Dia pun tahu itu. Dan aku

Tangan-tangan yang kuat, tangan-tangan tentara yang

membencinya, bahkan ketika aku melompat turun

makan dua kali sehari. Aku melihat Vera berlari ke

dari gerbang, membantunya berdiri, dan menariknya

dalam Kirov, tak sekali pun menoleh ke belakang. Aku

ke jeruji besi. Aku lemah, tapi berat badan Vera tak

berusaha menempel di jeruji besi, tapi tentara-tentara

sampai empat puluh kilo. Aku mendorongnya ke atas

itu menarikku, mencampakkan tubuhku ke jalanan, dan

36

37

berdiri di sampingku. Moncong Tokarev ditusukkan ke

menghindari kawah-kawah akibat bom dan pecahan

pipiku. Usia mereka tak lebih dari sembilan belas tahun

batu, dia seolah mengejekku. Bibirnya yang putih seperti

dan sepertinya tak ada yang segan-segan menumpahkan

goresan yang melintang di wajahnya yang membeku.

otakku ke jalanan.

Nasib kami tidak berbeda.

“Yang satu ini kelihatannya siap mampus.” “Kau sedang berpesta, ya? Menikmati

*

minuman?” “Dia orang yang tepat untuk si kolonel. Dia bisa pergi bersama Fritz itu.” Dua di antara mereka membungkuk, menarikku dari bawah ketiak, memaksaku berdiri, menyeretku ke GAZ yang mesinnya tidak dimatikan, dan mendorongku ke kursi belakang. Dua tentara yang lain mengangkat si Jerman di bagian tangan dan sepatu botnya, lalu mengayunkannya ke dalam mobil di sampingku. “Hangatkan dia,” kata salah satu tentara, dan mereka semua terbahak-bahak seolah itu adalah lelucon yang paling lucu. Mereka berdesak-desakan di dalam mobil dan membanting pintu. Aku memutuskan aku masih hidup karena mereka ingin mengeksekusi diriku di depan publik, sebagai peringatan bagi penjarah lainnya. Beberapa menit sebelumnya aku merasa jauh lebih berkuasa dibandingkan pilot yang sudah mati. Sekarang, saat kami melewati jalan yang gelap, berzig-zag untuk 38

39